Go Blog ! | Slide Show Team

About Go Blog ! | SMANSATA

Foto Saya
Go Blog ! | SMANSATA
Tarakan, Tarakan / Kalimantan Timur, Indonesia
Go Blog ! | SMANSATA Terbentuk Saat Diadakannya Lomba Membuat Blog Dalam Rangka Acara Bulan Bahasa Di SMA NEGERI 1 TARAKAN. Go Blog ! | SMANSATA Beranggotakan 3 Orang Yaitu : 1. Alvin Pardomuan.S.S. , 2. Riezky Jati.A. 3. Rio Alfa.C. Di Sini Kami Berusaha Sebaik Mungkin Untuk Menciptakan Serta Menuangkan Ide Dan Kreasi Kami Sendiri Agar Terciptalah Suatu Blog Yang Dapat Memberikan Manfaat Serta Ilmu Bagi Kita Semua Yang Mengunjungi Blog Ini. Keep Blogging !
Lihat profil lengkapku

Go Blog ! | Ratting

Go Blog ! | Skycrapper

Senin, 07 November 2011
Assalamualaikum, Wr.Wb

Awalnya Tim Go Blog ! | SMANSATA Tidak Akan Pernah Mengira Apabila Blog Ini : http://goblogsmansata.blogspot.com Akan Mendapatkan Juara I Sebagai Juara Blog Di SMAN 1 TARAKAN Dalam Rangka Memperingati Bulan Bahasa Beberapa Minggu Lalu

Terima Kasih, Kami Ucapkan Kepada Guru - Guru, Tim Penilai, Teman - Teman, Dan Semua Orang Yang Turut Mengambil Bagian Dalam Kesuksesan Tim Go Blog ! | SMANSATA

Karya Oleh: Rio Alfa.C.
Kelas: XI IPA-2
READ MORE - Penerimaan Award Tim Go Blog ! | SMANSATA
Jumat, 28 Oktober 2011


 Puisi Tsunami Aceh "Kesaksian Pilu" 
Karya : Jose Rizal Manuaf

kusaksikan semua
kusaksikan detik – detik peristiwa
ngeri dan pilu
terdetak didalam dada
rasa desah
menghujam didalam jantung
melihat gelombang dahsyat
bergulung menghantam apa segala
ribuan desa
hancur seketika
puluhan ribuan
mayat terkapar dimana – mana
ada yang hanyut
ada yang terpendam, terbenam
ada yang terhimpit dirumahnya
innalilahi wainnailaihi roji’un
innalilahi wainnailaihi roji’un
tanah rencong yang permai
tiba – tiba terporak poranda
dalam sekejap
dalam hitungan detik
dalam hitungan menit
hancur
lenyap
haru biru menghunjam didalam dada
derita rakyat nangroe aceh darussalam
adalah duka rakyat indonesia
READ MORE - Puisi Tsunami Aceh "Kesaksian Pilu" Karya : Jose Rizal Manuaf
Kamis, 27 Oktober 2011

Wow! Banyak Kosakata Indonesia Yang Terus Dipakai di Afrika Selatan



http://images.detik.com/content/2011/10/07/10/kober.jpeg

Cape Town - Sejumlah kosakata bahasa Indonesia masih dipergunakan di Afrika Selatan, terutama di Cape Town. Istilah seperti labarang, messang, dan koeber, diadopsi dari bahasa Indonesia untuk istilah lebaran, nisan dan kubur.

Hal itu misalnya antara lain bisa ditemukan di komplek pekuburan Spaanchemat River Muslim Cemetry di daerah Constantia yang sudah agak pinggiran Cape Town. Di papan pengumuman yang terpampang di pintu masuk disebutkan, jika berkepentingan dengan pemakaman, dapat mengubungi 'tuwang koeber' atau tuan kubur.

Salah seorang tokoh masyarakat muslim di Cape Town, Adam Philander menyatakan, bahasa Indonesia masih banyak yang dipakai di Cape Town, karena ikatan sejarahnya beberapa ratus tahun yang lalu yang demikian kuat.

“Pernah ada yang menyatakan jumlahnya sekitar 350 kata, tetapi saya kira lebih dari itu. Banyak sekali,” kata Philander di Cape Town, Jumat (7/10/2011) .

Disebutkannya, ada beberapa kata yang demikian sering dipakai, misalnya ‘minta maaf’ dan ‘tarima kasih’. Kalimat itu menjadi bahasa lokal yang kerap terdengar. Demikian juga ‘maniengal’ yang artinya meninggal, puasa atau terkadang ditulis pwasa, dan boeka puasa atau boeka pwasa yang artinya juga buka puasa.

Bahkan ada kosakata yang masih dipakai di Cape Town, padahal sudah jarang dipergunakan di Indonesia, yakni jamang yang sama maknanya dengan kata jamban. Sementara makanan yang dibawa dari rumah yang melakukan kegiatan, masih disebut barakat atau istilah Indonesia yang disebut berkat. Walau asal bahasa itu aslinya dari bahasa Arab, barokah.

Ratusan kosakata asli Indonesia yang masih kerap dipergunakan di Cape Town itu, kata Philander, menjadi jembatan yang akan terus menghubungkan Indonesia dan Afrika Selatan.

(rul/van)
 
Sumber: http://www.detiknews.com/read/2011/10/07/040800/1738630/10/?992204topnews
READ MORE - Artikel Wow! Banyak Kosakata Indonesia yang Terus Dipakai di Afrika Selatan
Membaca Membuka Jendela Dunia
Karya: Nur Wachid

          Pernahkah sepintas terpikir manfaat membaca ketika sedang membaca ? Memang kadang membaca adalah sebuah hiburan semata. Tapi perlu diketahui hiburan tersebut adalah salah satu manfaat dari membaca. Yang menjadi tolak ukur bukanlah berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk membaca. Bukan juga berapa banyak buku yang sudah dibaca. Tanpa disadari kita membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 jam dan 5 sampai 10 buku untuk membaca. Apakah yang kita baca dapat ditangkap oleh system kerja otak kita? Sungguh disayangkan apabila apabila waktu dan buku yang banyak sudah dibaca tidak dapat ditangkap oleh system kerja otak kita. Semua akan sia – sia. Kita membuang waktu sedangkan waktu yang terbuang itu dapat diisi dengan berbagai aktivitas lain.
          Memang jika kita belajar pada negara – negara maju seperti Korea, Jepang, Amerika. Mereka berhasil memajukan bangsanya dengan membaca. Mengisi waktu dengan membaca. Dimanapun berada membawa buku bacaan. Seakan membaca sudah menjadi budaya yang melekat pada setiap individu. Sebelum kita belajar dan menerapkan budaya mereka, alangkah lebih optimal sebagai langkah awal kita mengetahui membaca secara mendalam. Membaca dapat dimulai dengan mengetahui manfaat membaca itu sendiri. Dengan begitu kita lebih mempersempit dan lebih efisiensi waktu ketika membaca. Misal, kita sedang mencari fakta mengenai sesuatu hal. Langkah pertama kita mencari sumber buku yang berisi fakta – fakta tersebut. Kedua, setelah menemukan sumber buku yang dicari, kita membaca dengan teknik sesuai dengan manfaat membaca yang sudah ditentukan yaitu mencari fakta. Secara efisiensi waktu, tidak terlalu banyak waktu yang terbuang. Secara manfaat kita juga memperoleh manfaat tersebut.
          Berbicara tentang budaya, bagaimana membaca itu menjadi budaya di bangsa kita? Kita tengok berapa prosentase kaum perlajar dan kaum intelektual yang membudayakan membaca? Berapa banyak orang – orang yang memenuhi perpustakaan – perpustakaan ? Pertanyaan tersebut akan terjawab sendiri ketika melihat fakta di Ponorogo misalnya. Sekitar pukul 5 sore sampai 10 malam tak jarang para pelajar dan para mahasiswa memenuhi dan menghabiskan waktu duduk berjam – jam sambil minum kopi di warung trotoar jalan protokol di Ponorogo. Memang sulit mengubah kebiasaan – kebiasaan yang sudah menjadi budaya tersebut. Dan tak ada hak untuk orang lain kecuali pribadi itu sendiri mau mengubahnya. Tapi tidak mustahil menjadikan membaca sebagai budaya. Tentunya membutuhkan proses dan waktu yang tidak pendek. Perlu perjuangan dan usaha keras dari kalangan – kalangan tertentu dan instansi – instansi terkait. Peran serta dari warga masyarakat yang dengan penuh kesadaran tanpa ada unsur paksaan sedikitpun juga sangat dibutuhkan untuk mewujudkannya.
          Sebagai langkah awal, salah satunya adalah dengan mensosialisasikan tentang manfaat membaca. Dengan membaca kita dapat melihat dunia ini tampak kecil. Dengan ilmu dan informasi – informasi yang sudah diperoleh dari membaca, dapat menjadi cara mengatasi problematika kehidupan. Tak ada lagi yang dipermasalahkan. Hingga tuntutan ekonomi akan terpenuhi akibat dari orang – orang yang sudah memperoleh ilmu tentang cara mengatasi ekonomi melalui membaca. Dan masih banyak lagi manfaat dari membaca. Yang perlu diingat bahwa membaca tak akan membuat kita rugi. Bahkan banyak sekali keuntungan yang diperoleh melalui membaca.
          Langkah berikutnya adalah memperbaiki kinerja dan sarana prasarana fasilitas perpustakaan. Dengan fasilitas – fasilitas yang lengkap dan nyaman, menimbulkan minat dan menjadikan fasilitas tersebut seperti surga ilmu pada diri pembaca. Mereka akan lebih betah tinggal di perpustakaan dari pada tinggal di tempat tinggal masing – masing. Hingga tak didapati perpustakaan yang sepi akan pengunjung. Bahkan ketika membaca sudah menjadi budaya yang melekat disetiap individu, kita masih melihat lagi para pelajar dan kaum intelektual duduk berjam – jam sambil minum kopi di warung trotoar, tapi bedanya ditangan mereka ada buku yang selalu dibaca. 


Sumber:  http://wahanakreatifitas.blogspot.com/2010/03/membaca-membuka-jendela-dunia-by.html
READ MORE - Artikel Membaca Membuka Jendela Dunia Karya : Nur Wachid
Aku
Karya : Nur Wachid

Aku berdiri ditengah penjuru
Aku besar dengan nama itu
Aku bukan manusia
Aku hanya sebuah kata
              Namaku lambang kecerdasan
              Namaku membunuh kebodohan
              Betapa hebatnya aku ?
              Tak ada yang menandingiku
Sampai ini ku tak merasa hebat
Ini kali ku menangis
Bukan yang pertama
Bukan yang kedua
              Tiada pemakai namaku
              Yang menjadikanku hebat
              Disana – sini kebodohan
              Belum terbunuh olehku
              Tangisan ini penuh pilu
              Belum banyak kecerdasan
              Yang bertaburan
Jadilah pahlawanku anak negeri
Hentikan pilu tangisku
Buatlah aku tersenyum
Merasa bangga akan namaku 

Sumber: http://wahanakreatifitas.blogspot.com/2010/02/tema-pendidikan-pahlawan-kehidupan.html
READ MORE - Puisi Aku Karya : Nur Wachid
Gadis Di Sekolah

     Saat itu sepulang sekolah,
aku melihatnya. Berdiri di sudut jalan, memegang bonekanya. Aku melihat sehari-hari, selalu sama. Semua orang menganggap dia aneh. Tetapi aku agak tertarik dengan dia. Apa yang menjaga perusahaannya?Mengapa dia tidak pernah menangis? Itu adalah misteri yang benar, dan aku orang yang akan mencari tahu.

     Keesokan harinya,
aku bersembunyi di semak di sebelah sudut tempat dia biasanya berdiri dan menunggu dia datang. Membawa bonekanya, dengan ransel sekolahnya. Aku berjongkok lebih dekat ke semak di sampingnya, aku tampaknya telah membuat gemerisik kecil, ia mendengarnya dan berlari. Aku menyambar tasku dan berlari ke jalan, aku tersandung sesuatu yang lembut. Aku mengambilnya dari tanah. Boneka. Tapi, ada sesuatu yang aneh tentang boneka itu, matanya biru seperti es, seperti gadis itu. Tasnya tergeletak di tanah, ia tidak ada dimana – mana.

    Aku menjerit diam sebagai boneka itu, entah bagaimana, menatap tepat ke arahku! Aku menjatuhkannya. Ini semua salahku, a
ku pikir. aku itu tidak seharusnya mengejar gadis itu dan ini tidak akan terjadi. Apakah aku gila? Aku mengambil tasnya, dan mengaduk-aduk semua itu. Sebuah buku yang kotor dengan gambar-gambar yang aku temukan. Aku membalik-balik halaman dan aku melihat hal yang paling mengerikan dalam hidupku, itu adalah foto ketika orang tuanya meninggal. Dan satu lagi di sebuah pesta ulang tahun, ia ditutupi dengan tanah, seolah-olah ia telah berjalan melalui hutan dan membawa pisau. Dia memiliki kenangan yang paling mengerikan.

    Dan
aku tahu sekarang, perusahaan terakhir bonekanya, kering dan kosong dan dia tidak bisa berpikir. boneka nya adalah satu-satunya pilihan.

Karya Oleh: Riezky Jati.A.
Kelas: XI IPA-2
READ MORE - Cerpen Gadis Di Sekolah Karya : Riezky Jati.A.
GETIR PAHIT SEORANG EMAK IBUKOTA

Tak menyangka, di zaman sekarang ini masih ada saja orang – orang yang menggantungkan hidupnya pada adanya minyak tanah yang sekarang mulai langka dan dibatasi penggunaannya.Entah mengapa, rasanya sepertinya pemerintah tidak berniat mengurusi hal kecil seperti ini. Sungguh malang nasib orang – orang seperti mereka ini.Sungguh mengharukan bahwa di zaman yang modern ini masih saja ada orang yang membutuhkan minyak tanah untuk keperluan mereka sehari – harinya.Telah banyak bahan pengganti alternatif minyak tanah yang telah disediakan pemerintah untuk rakyatnya.Namun tidak berlaku bagi keluarga yang satu ini.Sebuah keluarga yang amat sederhana yang hidupnya hanya bergantung pada masih adanya minyak tanah di negeri ini.Tidak pernah terbayang bahwa masih ada saja orang – orang yang bergantung pada minyak tanah.Salah satunya adalah keluarga mak napen yang tinggal di sawahan, depok.Mereka benar – benar menggantungkan hidupnya pada minyak tanah secara tidak langsung.
Memang keluarga mak napen ini harus benar – benar menggantungkan hidupnya pada minyak tanah secara tidak langsung karena pekerjaan suami mak napen hanya sebatas tukang reparasi kompor minyak.Maklum karena terbatasnya lapangan pekerjaan serta tidak dibarengi kemampuan yang memadai mengharuskan pak tole suami mak napen memilih pekerjaan ini.Sungguh berat awalnya melakukan pekerjaan yang dianggap remeh oleh sebagian orang, namun pak tole tetap gigih dan tegar menekuni pekerjaan yang digelutinya ini.Walaupun sekarang sudah mulai sedikit sekali orang – orang yang mengunakan kompor minyak dalam kehidupan sehari – harinya karena semakin langkanya pula ketersedian minyak tanah di negeri ini. Sekarang saja banyak orang – orang yang semakin susah untuk mendapatkannya, mendapatkan se-liter minyak tanah murah di negeri ini.
Hal itu juga berlaku bagi pak tole, setiap harinya ia selalu kesusahan untuk mendapatkan minyak tanah murah, sampai – sampai pak tole harus mengantri untuk mendapatkan minyak tanah murah setiap harinya, bahkan tak jarang pak tole harus pergi ke desa tetangga untuk mendapatkan se-liter minyak tanah untuk keperluan keluarganya sehari – hari. Kadang, usaha pak tole untuk mendapatkan minyak tanah murah tidak membuahkan hasil. Tak jarang ia pulang dengan tangan hampa tanpa membawa se-liter pun minyak tanah. Untuk menyambung hidupnya, keluarga mak napen harus bekerja keras demi mendapatkan priuk nasi.Mak napen yang sudah tua harus membantu keluarganya bekerja keras demi mendapatkan priuk nasi. Mak napen yang di usia ke-70 harus keliling kampung demi kampung, desa demi desa, rumah demi rumah hanya untuk menawarkan jasa reparasi kompor minyak.
Sungguh kisah yang amat mengharukan bagi kita semua, bahwa walaupun di usianya yang sudah tua, mak napen tetap gigih dan tegar serta tabah dalam menghadapi kerasnya hidup yang ia lalui bersama keluarganya. Walaupun mak napen selalu melakukan perjalanan jauh hanya untuk menawarkan jasa reparasi kompor minyak, ia tidak pernah membekali dirinya dengan sesuap nasi dan secangkir air putih ketika hendak melakukan pekerjaannya. Memang tidak mudah usaha mak napen dan keluarganya untuk menyambung hidup. Selama perjalanannya, tak jarang usaha untuk menawarkan reparasi kompor minyak kepada warga -  warga desa tidak membuahkan hasil.
Sekarang, banyak langganan mak napen yang sudah tidak membutuhkan tukang reparasi kompor minyak karena telah bergantinya fungsi kompor minyak menjadi kompor gas. Namun mak napen tak berkecil hati, ia tetap berusaha mencari orang yang membutuhkan jasa suaminya untuk mereparasi kompor minyak yang rusak. Untunglah, masih ada saja orang – orang serta langganan mak napen yang masih membutuhkan jasa reparasi kompor minyak milik pak tole suami mak napen.Pekerjaan ini sudah di geluti mak napen selama 30 tahun.Namun di 2 tahun terakhir pekerjaan ini terasa berat karena kaki mak napen patah akibat terpeleset. Sungguh malang nasib mak napen.
Namun, ia tetap menggeluti dan menekuni pekerjaan ini, pekerjaan menawarkan jasa reparasi kompor minyak. Karena hanya dari sinilah, ia dan keluarganya bisa mendapatkan sesuap nasi. Bapak tole sudah menjadi tukang reparasi kompor minyak sejak tahun 1965.Apabila pak tole telah selesai memperbaiki kompor, itulah tanda bahwa mak napen harus bekerja lagi.Mak napen harus mengantar kompor minyak kepemiliknya.
Dari semua kerja kerasnya, mak napen dan pak tole hanya mendapatkan upah 20 ribu rupiah.Walaupun mendapatkan upah hanya 20 ribu rupiah tidak membuat mak napen dan pak tole berkecil hati.Mereka malah bersyukur karena mendapatkan uang pada hari itu.karena dengan uang itu mereka akan mengisi perut mereka yang kelaparan.

Dirumah yang sangat sederhana, mak napen, pak tole, dan nawan anak semata wayang mereka tinggal setiap harinya.Sayangnya, nawan terlahir dalam keadaan yang tidak sempurna.Ia terlahir dalam keadaan bisu tuli. Namun, walaupun begitu tidak sedikit pun rasa sayangnya berkurang pada sang buah hati. Itu sebabnya, mak napen juga khawatir terhadap nasib nawan apabila ia dan pak tole dipanggil oleh Sang Pencipta. Mak napen sebenarnya ingin punya anak perempuan. Namun Tuhan berkehendak lain. Ia sering merasa kesepian karena tidak ada yang menemaninya melakukan tugas – tugas sehari – hari yang dilakukan oleh seorang wanita / perempuan.
Nawan, anak semata wayang pak tole dan mak napen setiap harinya membantu dan menemani pak tole membeli kaleng bekas untuk bahan kompor.Biarpun tidak bisa bicara dan mendengar, nawan seolah mengerti kesulitan kedua orang tuanya.Ia membantu pak tole mengais kaleng di lapak penampungan barang bekas. Bermodalkan seutas tali dan sebilah tongkat, nawan membantu pak tole membawa kaleng – kaleng yang nantinya akan digunakan untuk bahan kompor. Seutas tali dan sebilah tongkat tersebut berfungsi agar kaleng – kaleng yang dibawa nawan tidak jatuh ketika sedang berjalan.
Sungguh, keluarga ini harus bekerja keras demi menyambung hidup.Ketika mencari kaleng saja mereka harus rela berkotor – kotoran di tumpukan sampah serta belatung demi mendapatkan kaleng – kaleng bekas.1 buah kaleng dibeli pak tole seharga 2 ribu rupiah. Namun, tak jarang pak tole harus berhutang karena belum adanya modal sama sekali. Untuk membuat 1 buah kompor minyak diperlukan 3 buah kaleng bekas. Sementara proses pembuatannya bisa memakan waktu sampai 2 hari. Padahal kompor itu hanya akan dihargai 30 ribu rupiah saja. Itupun kalau ada orang yang mau membeli kompor tersebut.
Kalau malam datang, tidak banyak aktivitas yang dilakukan oleh keluarga ini. Tidak ada radio, apalagi tv di rumah mak napen ini. Jadi setiap harinya mereka hanya duduk – duduk melihat indahnya malam hingga kantuk mendatangi mereka.

Sama sekali tidak terbayang, hanya beberapa kilometer dari gemerlapnya ibukota masih ada saja orang tua yang harus memeras sisa – sisa tenaganya demi sesuap nasi.Setiap hari, mak napen harus berjalan berkilo – kilo meter dibawah sengatan terik matahari mencari kompor rusak yang semakin langka saja.
Kerutan di wajahnya, menunjukkan hidupnya yang penuh perjuangan. Pahit getir yang ia hadapi selama hidupnya membuatnya tegar membuat salut siapa saja yang menyaksikan kisahnya. Dalam hidupnya, mak napen punya sebuah keinginan sederhana yaitu menaiki sebuah mobil.
Sebernarnya, sudah sepantasnya mak napen pensiun dari pekerjaannya dan menikmati hari tua bersama keluarganya.Dari mak napen, kita bisa belajar banyak hal.Tentang hidup, tentang sebuah keikhlasan, dan kesabaran.Kesabaran menerima semua yang diberikan Sang Pencipta.Biarpun akrab dengan segala keterbatasan, mak napen dan pak tole tetap tegar.Tuhan memang maha pengasih, selalu ada hikmah dibalik segala musibah.
Dalam kehidupan ini, selalu kita temukan kebahagian dan penderitaan.Meski kita lebih memilih kebahagiaan yang kita raih, namun penderitaan pun pasti mendatangkan hikmah tersendiri.
Tak bisa dipungkiri dalam kehidupan ini banyah hal terjadi yang mewarnai perjalanan kisah hidup kita, mulai dari cerita bahagia, sedih, memalukan, kekecewaan, sampai cerita yang menggetarkan jiwa.
Saudaraku lalu bagaimana jika perjalanan hidup yg kita jalani sekarang ini adalah kisah derita ? Apa yang akan kita perbuat, apa akan membiarkannya tanpa berbuat sesuatu, atau ingin menyembuhkannya atau kita melarikan diri saja dari beban dan tanggung jawab kita ?

Karya Oleh: Rio Alfa.C.
Kelas: XI IPA-2
READ MORE - Cerpen Getir Pahit Seorang Emak Ibukota Karya : Rio Alfa.C.
Biografi Tokoh Sastrawan: Chairil Anwar
 
Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 – meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun) atau dikenal sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku [2]) adalah penyair terkemuka Indonesia. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia.

Masa kecil

Dilahirkan di Medan, Chairil Anwar merupakan anak tunggal. Ayahnya bernama Toeloes, mantan bupati Kabupaten Indragiri Riau, berasal dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Sedangkan ibunya Saleha, berasal dari Situjuh, Limapuluh Kota. [1] Dia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. [2]
Chairil masuk sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi waktu masa penjajahan Belanda. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), sekolah menengah pertama Hindia Belanda, tetapi dia keluar sebelum lulus. Dia mulai untuk menulis sebagai seorang remaja tetapi tak satupun puisi awalnya yang ditemukan.
Pada usia sembilan belas tahun, setelah perceraian orang-tuanya, Chairil pindah dengan ibunya ke Jakarta di mana dia berkenalan dengan dunia sastra. Meskipun pendidikannya tak selesai, Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda dan bahasa Jerman, dan dia mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron. Penulis-penulis ini sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung memengaruhi puisi tatanan kesusasteraan Indonesia.

Masa dewasa

Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastera setelah pemuatan tulisannya di "Majalah Nisan" pada tahun 1942, pada saat itu dia baru berusia dua puluh tahun. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk pada kematian.[3]. Chairil ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya.[4] Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945.[5][6]
Semua tulisannya yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak dikompilasi dalam tiga buku : Deru Campur Debu (1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949); dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Akhir hidup


Makam Chairil di TPU Karet Bivak
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya, yang bertambah lemah akibat gaya hidupnya yang semrawut. Sebelum dia bisa menginjak usia dua puluh tujuh tahun, dia sudah kena sejumlah penyakit. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC. Dia dikuburkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari zaman ke zaman. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar.

Karya tulis yang diterbitkan


Sampul Buku "Deru Campur Debu"

Terjemahan ke bahasa asing

Karya-karya Chairil juga banyak diterjemahkan ke dalam bahasa asing, antara lain bahasa Inggris, Jerman dan Spanyol. Terjemahan karya-karyanya di antaranya adalah:
  • "Sharp gravel, Indonesian poems", oleh Donna M. Dickinson (Berkeley, California, 1960)
  • "Cuatro poemas indonesios [por] Amir Hamzah, Chairil Anwar, Walujati" (Madrid: Palma de Mallorca, 1962)
  • Chairil Anwar: Selected Poems oleh Burton Raffel dan Nurdin Salam (New York, New Directions, 1963)
  • "Only Dust: Three Modern Indonesian Poets", oleh Ulli Beier (Port Moresby [New Guinea]: Papua Pocket Poets, 1969)
  • The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Burton Raffel (Albany, State University of New York Press, 1970)
  • The Complete Poems of Chairil Anwar, disunting dan diterjemahkan oleh Liaw Yock Fang, dengan bantuan H. B. Jassin (Singapore: University Education Press, 1974)
  • Feuer und Asche: sämtliche Gedichte, Indonesisch/Deutsch oleh Walter Karwath (Wina: Octopus Verlag, 1978)
  • The Voice of the Night: Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar, oleh Burton Raffel (Athens, Ohio: Ohio University, Center for International Studies, 1993)

Karya-karya tentang Chairil Anwar


Patung dada Chairil Anwar di Jakarta.
  • Chairil Anwar: memperingati hari 28 April 1949, diselenggarakan oleh Bagian Kesenian Djawatan Kebudajaan, Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebudajaan (Djakarta, 1953)
  • Boen S. Oemarjati, "Chairil Anwar: The Poet and his Language" (Den Haag: Martinus Nijhoff, 1972).
  • Abdul Kadir Bakar, "Sekelumit pembicaraan tentang penyair Chairil Anwar" (Ujung Pandang: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Sastra, Fakultas Sastra, Universitas Hasanuddin, 1974)
  • S.U.S. Nababan, "A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar" (New York, 1976)
  • Arief Budiman, "Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan" (Jakarta: Pustaka Jaya, 1976)
  • Robin Anne Ross, Some Prominent Themes in the Poetry of Chairil Anwar, Auckland, 1976
  • H.B. Jassin, "Chairil Anwar, pelopor Angkatan '45, disertai kumpulan hasil tulisannya", (Jakarta: Gunung Agung, 1983)
  • Husain Junus, "Gaya bahasa Chairil Anwar" (Manado: Universitas Sam Ratulangi, 1984)
  • Rachmat Djoko Pradopo, "Bahasa puisi penyair utama sastra Indonesia modern" (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985)
  • Sjumandjaya, "Aku: berdasarkan perjalanan hidup dan karya penyair Chairil Anwar (Jakarta: Grafitipers, 1987)
  • Pamusuk Eneste, "Mengenal Chairil Anwar" (Jakarta: Obor, 1995)
  • Zaenal Hakim, "Edisi kritis puisi Chairil Anwar" (Jakarta: Dian Rakyat, 1996)
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Chairil_Anwar
READ MORE - Tokoh Sastrawan (Biografi) Chairil Anwar

Politisi Kita Belum Cinta Bahasa Indonesia

Politisi Kita Belum Cinta Bahasa Indonesia
JAKARTA (Pos Kota)  – Para politisi dan masyarakat luas masih banyak yang belum cinta dengan Bahasa Indonesia. Hal itu terbukti banyaknya para politisi dan pejabat  yang menggunakan bahasa asing dalam pertemuan formal. Walhasil, para politisi itu pun seperti guru Bahasa  Inggris saat menyampaikan maksud dan pikirannya.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa  Kemendikbud RI Agus Dharma, Ph.D di saat jumpa pres menyambut acara Puncak Bulan Bahasa Dan Sastra Tahun 2011 dan Gerakan Cinta Bahasa Indonesia (GCBI) di Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun Jakarta Timur, Rabu (26/10).
“Para politisi kita seperti guru Bahasa Inggris saja layaknya. Sebab, antara Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dicampuradukan. Konyolnya, hal itu diucapkan berulang-ulang,” kata Agus Dharma kepada wartawan.
Agus juga mengkritisi para pengusaha yang memasang iklan di jalan-jalan serta nama-nama gedung yang kerap menggunakan nama asing. “Mereka kan pasang iklan buat orang Indonesia. Tapi kenapa memakai bahasa asing? Diharapkan para pengusaha itu bisa sadar,” himbau Agus. Tapi, sekarang ini sangat sedikit yang peduli dengan Bahasa Indonesia.
Meski begitu, kata Agus, masih ada pengusaha yang mempergunakan Bahasa Indonesia yang baik untuk menamakan gedungnya dengan memakai Graha, bukan Tower.
Menurut Agus, Bahasa Indonesia sudah kaya sehingga tidak perlu lagi menjelaskan sesuatu dengan bahasa asing. Bahkan dengan bangsa serumpun  seperti Malaysia dan Brunai, Bahasa Indonesia jauh lebih berkembang dan kaya.
“Kalau hendak menulis perasaan hati apapun bisa menggunakan Bahasa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia sudah maju dan berkembang. Sebab kita sudah punya Glosarium, yang menyerap ribuan Bahasa asing untuk  berbagai disiplin ilmu,” terangnya.
 
PUNCAK ACARA
Untuk meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap Bahasa Indinesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa  Kemendikbud RI menggelar berbagai kegiatan. Diantaranya, Pemberian Penghargaan Adibahasa, Penilaian Penggunaan Bahasa Indonesia di Media Massa Cetak (Tingkat Nasional), Debat Bahasa Antarmahasiswa, Duta Bahasa (Tingkat Nasional), Parade Mural Cinta Bahasa Indonesia.
Selain itu akan diselenggarakan pula, Sayembara Penulisan Proposal Penelitian Kebahasaan dan Kesastraan (Tingkat Nasional), Sayembara Penulisan Cerpen Remaja (Tingkat Nasional), Sayembara Penulisan Puisi bagi Siswa SD (Tingkat Nasional),  Lomba Keterampilan Berbahasa Indonesia bagi Peserta BIPA (Tingkat Internasional), Lomba Blog Kebahasaan dan Kesastraan (Tingkat Nasional) dan Festival Musikalisasi Puisi.
Puncak Acara akan digelar di Sasono Utomo, Taman Mini Indonesia Indah pada 20 Oktober 2011 mendatang. Acara tersebut akan dihadiri oleh peserta kurang lebih 1.700 orang, yang terdiri dari para siswa, guru, sastrawan, penerima penghargaan, pemenang lomba, pemuda, organisasi profesi, pejabar pemerintah, dan berbagai komponen masyarakat yang lain. (rizal/dms)
Foto : Agus Dharma, Ph.D, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa  Kemendikbud RI - rizal
Sumber: http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/10/26/politisi-kita-belum-cinta-bahasa-indonesia-indonesia
READ MORE - Artikel Politisi Kita Belum Cinta Bahasa Indonesia
Hari Terburuk Dan Akhir Yang Buruk

          Suatu hari, saya bertemu dengan orang yang ramah di facebook. Dia tinggal di dekat rumah saya. Dia benar-benar baik, Kami selalu chatting bersama setiap malam hari. Dan kemudian dia ingin nomor telepon saya, dan kami mengirim pesan satu sama lain dan saling bertelepon satu sama lain.

          Dia orang yang selalu bertanya hal – hal  tentang saya. Dia ingin bertemu dengan saya. Dan tentu saja saya juga, tapi saya hanya seorang laki – laki biasa  yang dibatasi tingkah lakunya oleh orang tua saya. mereka tidak membiarkan saya bertemu dengan seseorang yang saya tidak kenal. Saya yakin 100% bahwa dia tidak akan melakukan sesuatu yang buruk. selain dia ingin bertemu saya di Mall, saya pikir dia suka kepada saya. Dan tentu saja saya juga suka kepadanya. Saya sangat mencintainya. Kami terus menjaga dan menyimpan perasaan ini. Tidak ada seorang pun dari kami yang memberitahu tentang perasaan yang sebenarnya.

Tapi,Kemudian, Waktu Berlalu, Dia Tidak Pernah Menelepon Saya Lagi.

          Dia selalu membalas pesan saya dengan singkat. Dia tidak pernah bertanya – tanya lagi kepada saya. Justru saya yang bertanya duluan kepadanya.

Sampai suatu hari, ia tidak pernah membalas pesan saya.

          Saya tidak pernah mendengar kondisinya seperti pertama saya bertemu dengannya, bahkan ketika dia online, dia tidak pernah menyapa saya.

          Dia bukan ‘dia’ yang saya kenal saat pertama bertemu. Dia pasti melupakan saya. Dia pasti menemukan yang ‘baru’ dan melupakan yang ‘lama’. Sekarang saya tetap disini tanpa ada harapan, saya adalah orang yang dilupakan oleh seseorang. Saya adalah seseorang yang menunggu sesuatu yang tak ada. Dan saya adalah orang yang dilukai oleh orang yang pertama yang saya sukai.

 Karya Oleh: Rio Alfa.C.
Kelas: XI IPA-2
READ MORE - Cerpen Hari Terburuk Dan Akhir Yang Buruk Karya : Rio Alfa.C.
/

Go Blog ! | Motto

Go Blog ! | Whos.Amung.Us Map Site

Go Blog ! | Recent Post

Go Blog ! | Daftar Isi

Go Blog ! | Translate It !

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Go Blog ! | Hit Counter

Go Blog ! | Flag Counter

free counters

Go Blog ! | Clock

Tag Label

Go Blog ! | Keep Blogging !

Go Blog ! | Prayer Times

Prayer Times For 6 Million Cities Worldwide
Country:

Go Blog ! | Followers